Wednesday, October 10, 2012

Booming Buah Durian

durianBagi penggemar buah durian, kini saat yang tepat untuk memanjakan diri menikmati buah beraroma cukup menyengat ini sepuas-puasnya. Selain banyak pilihan dan mudah mendapatkannya, harganya juga sangat murah meriah, terutama di Banyuwangi. Ya, pada bulan April dan Mei seperti sekarang ini, Banyuwangi benar-benar sedang booming durian. Sedang di daerah lain, umumnya waktu panen durian terjadi pada bulan November – Desember atau Januari - Februari. Melimpah ruahnya hasil panen buah dengan kulit berduri tajam ini, menyebabkan banyak pedagang durian dadakan yang menggelar dagangannya di pingir jalan, hingga ke pasar. Bahkan, banyak pula yang didistribusikan ke luar kota. Sebab, durian asal Banyuwangi sudah cukup dikenal. Salah satu daerah yang sering disebut-sebut sebagai asal durian paling enak adalah Songgon.Ya, nama kecamatan di Banyuwangi ini memang sangat dikenal sebagai daerah penghasil buah bernama latin Durio zibethinus. Padahal, daerah penghasil durian di Banyuwangi tidak hanya Songgon. Ada banyak desa di beberapa kecamatan yang punya andil besar sebagai penyuplai komoditas buah unggulan daerah ini. Terutama yang tersentral di Kecamatan Licin, Kalipuro, Kabat, Songgon dan Kalibaru. Diperkirakan, luas lahan tanaman durian di Banyuwangi mencapai 16 ribu hektare. Hebatnya lagi, setiap pohon durian bisa menghasilkan sekitar 400 – 500 buah. Bisa dibayangkan kalau tanaman durian yang ada di Banyuwangi lagi berbuah semua, kalau tidak dipasarkan ke luar kota, pasti bakal terjadi banjir durian he.. he.. he..Apalagi, durian asal Bumi Blambangan ini cukup banyak varietasnya. Ada jenis durian mentega, durian kasur, petruk, susu, montong, jenewer, kepondang, dan masih banyak lagi. Termasuk varietas yang agak langka, yaitu durian merah (Durio Graveolens) yang pohonnya hanya ada dua di Banyuwangi. Satu pohon dimiliki warga Desa Balak, Kecamatan Songgon, satunya lagi milik warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.Selain itu, durian asal Banyuwangi juga mempunyai cita rasa ‘’maknyus’’ dengan aromanya yang cukup ‘’menggoda’’. Konon kabarnya, cita rasa khas itu akibat pengaruh dari terpaan asap belerang kawah Gunung Ijen dan Gunung Raung. Terutama buah durian yang dihasilkan dari tanaman di areal sekitar lereng kedua gunung itu. Termasuk jenis durian merah yang jadi komoditas unggulan Banyuwangi, juga memiliki rasa manis legit dan warna yang cukup eksotik. Durian merah yang juga dikenal dengan nama siwayut ini banyak diburu penggemar durian hingga dari luar kota. Terutama dari kalangan pejabat dan pihak-pihak yang sudah tahu khasiat dari duren merah.Bahkan, sebelum dipanen alias masih di atas pohon, siwayut sudah banyak diinden oleh para penggemarnya. Sebab durian ini sangat langka karena di Banyuwangi hanya ada dua pohon, masing-masing pohon hanya menghasilkan sekitar 150 buah setiap panen dalam kurun waktu satu tahun. Selain itu, durian siwayut diyakini memiliki khasiat bisa menambah vitalitas kejantanan lelaki. Selain di Banyuwangi, durian merah juga tumbuh di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Melihat potensi komoditas durian yang demikian besar di Banyuwangi, seharusnya ada penanganan dan perlakuan lebih spesifik dari pemerintah. Khususnya dalam menjadikan komoditas ini menjadi produk unggulan daerah yang lebih ekonomis. Tidak hanya sekedar dijadikan kebanggaan dengan cara dipamerkan, dikonteskan atau dijual lewat event pasar murah saja. Sebab, hal ini tidak bisa meningkatkan pendapatan petani durian secara signifikan. Apalagi dalam masa-masa booming seperti saat ini, harga durian terjun bebas. Sama dengan hasil tanaman agro lain seperti tomat, cabe, bawang, jeruk, dan lain-lain yang harganya juga anjlok saat musim panen tiba. Bahkan, terkadang terjadi, petani terpaksa membiarkan tanamannya yang siap panen dikarenakan biaya operasionalnya lebih tinggi dari pada hasil panennya. Itu semua dikarenakan tidak adanya penanganan serta regulasi yang jelas dan tegas dari pemerintah. Sehingga, harga hasil komoditas agro kita sering diombang-ambingkan para tengkulak yang cenderung merugikan petani.Sebenarnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi sekaligus memberdayakan para petani kita. Mulai dari pembenihan, pembibitan, pemupukan, perawatan hingga pemanenan agar bisa menghasilkan produk berkualitas. Selain itu, pemerintah seharusnya juga bisa memfasilitasi pendistribusian hasil panen dan proteksi harga agar tidak jatuh. Apakah itu dengan cara membuat regulasi mengenai tata niaga distribusinya, membuatkan pasar khusus agro dan hortikultura, mempertemukan langsung dengan para pengusaha besar seperti pengelola supermarket, pabrik, maupun eksporter yang bisa membeli produk petani.Dan, yang juga tak kalah pentingnya adalah pemerintah juga harus bisa menciptakan diversifikasi usaha hasil agro maupun holtikultura. Misalnya saat panen durian, semua hasilnya tidak dijual dalam bentuk mentahan. Tapi, bagaimana durian itu juga bisa disulap menjadi aneka macam produk makanan olahan yang bisa tahan lama. Misalnya dibuat dodol, selei, manisan, roti, permen, keripik, bakpia, eskrim, minuman dan lain sebagainya dengan bahan utama buah durian. Kemudian dikemas yang baik, diberi label dengan tetap mengedepankan produk unggulan Banyuwangi.Ada pelajaran yang bisa dicontoh dari negeri tetangga kita Thailand yang cukup dikenal dengan hasil agronya. Kebetulan tahun 2004, saya mendapat kesempatan mengikuti rombongan Pemkab Jombang berguru pertanian ke Thailand. Diantaranya mengunjungi kebun buah Supatra Land di Provinsi Rayong dan pasar induk agro bisnis terbesar di Asia, Talaad Thai di Bangkok. Di Supatra Land, kami bisa melihat budidaya aneka macam buah-buahan yang sebagian besar bisa panen meski tidak pada musimnya, mulai dari pembibitan hingga pendistribusian hasil panen. Di kebun buah milik pemerintah yang dikelola oleh swasta ini, kami juga diperlihatkan cara pembuatan pupuk dari kotoran ayam yang diramu dengan beberapa bahan lain. Pupuk produk sendiri ini dipakai untuk memupuk tanaman dan budidaya ikan yang ada di kompleks perkebunan ini juga. Selain itu, kami juga diajak keliling kebun dengan menggunakan kereta kelinci melihat aneka buah yang bergelantungan cukup menyegarkan dipandang mata. Ada buah naga, durian, anggur, manggis, rambutan, kecapi, jeruk, belimbing, jambu, alpukat, sawo, pepaya, markisa dan lain sebagainya. Beberapa pegawai kebun juga terlihat memanen buah. Selain dikirim ke pasar agro, supermarket dan pabrik pengolahan, aneka buah itu juga dihidangkan kepada para wisatawan. Di situ kami bisa memilih buah dan memakan sepuasnya, termasuk makanan dan minuman olahan dari sari buah.Berkaca dari situ, ada proses keterpaduan mulai dari pembibitan tanaman hingga pendistribusian hasil panen yang jelas. Model ini saya kira bisa dicontoh oleh pemerintah terkait dalam mengelola produk unggulan Banyuwangi. Selain durian, ada produk agro dan holtikultura unggulan lain yang bisa dikembangkan, seperti manggis, pisang, jeruk, cabe, kedelai, kopi dan kakao. Tinggal kita menunggu adanya kemauan, keseriusan dan upaya konkret dari pemerintah melalui dinas terkait untuk menyejahterakan kehidupan petani. Sumber Artikel here

No comments:

Post a Comment